Hamil di luar kandungan atau disebut juga dengan kehamilan ektopik, berpotensi mengancam nyawa jika tidak segera ditangani. Mendeteksi sejak dini kondisi ini adalah cara efektif untuk menghindar dari risiko bahayanya lebih lanjut. Yuk, waspadai gejala dini, penyebab, serta bahaya lain yang bisa ditimbulkan.
Hamil di luar kandungan adalah kehamilan yang terjadi tidak di dalam rahim, dan kondisi ini tentunya dapat terjadi pada wanita yang sudah aktif secara seksual. Kehamilan yang terjadi di luar rahim ini bisa terjadi pada indung telur, tuba falopi (saluran indung telur), leher rahim, bahkan di rongga perut. Kehamilan ini harus segera dihentikan, baik dengan obat atau pun melalui tindakan operasi, agar tidak membahayakan nyawa sang ibu.
Kenali Faktor Risiko dan Gejala Hamil di Luar Kandungan
Hamil di luar kandungan umumnya terjadi karena penyempitan tuba falopi. Akibatnya, sel telur yang telah dibuahi menjadi tertahan lalu berkembang di saluran tersebut, sehingga menyebabkan kehamilan ektopik. Kendati demikian, penyebab kehamilan ektopik tidak selalu diketahui dengan pasti. Namun kondisi-kondisi berikut ini sering dikaitkan sebagai faktor risiko terjadinya kehamilan ektopik:
- Kehamilan pada usia 35 tahun atau lebih.
- Riwayat penyakit radang panggul, yang biasanya disebabkan oleh penyakit menular seksual.
- Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
- Riwayat operasi pada panggul atau rongga perut sebelumnya.
- Pengobatan kesuburan untuk merangsang ovulasi.
- Adanya kelainan pada tuba falopi.
- Riwayat endometriosis.
- Munculnya jaringan parut setelah usus buntu yang pecah.
- Jaringan parut dari infeksi atau operasi organ kewanitaan.
- Terjadi kehamilan saat menggunakan alat kontrasepsi IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), atau setelah sterilisasi.
- Kebiasaan merokok.
Gejala dari kehamilan di luar kandungan dapat berupa rasa sakit pada salah satu sisi perut bagian bawah, pendarahan vagina, merasa pusing atau pingsan, rasa nyeri ketika buang air kecil atau buang air besar, serta rasa nyeri pada bahu. Gejala kehamilan ektopik ini bisa muncul di usia kehamilan 4-12 minggu. Awalnya, kondisi ini seringkali tidak menimbulkan gejala apa pun.
Kehamilan ektopik bisa diketahui lewat pemeriksaan USG oleh dokter. Oleh karena itu, disarankan untuk segera berkonsultasi pada dokter kandungan setelah mengetahui jika Anda sedang hamil.
Bahaya Hamil di Luar Kandungan yang Perlu Anda Ketahui
Masalah kehamilan di luar kandungan yang tidak mendapatkan penanganan dapat menimbulkan kondisi darurat medis atau komplikasi yang fatal.
- Pecahnya tuba falopi yang dapat berujung kematian.
Kondisi darurat medis yang paling berbahaya adalah kehamilan ektopik pecah yang dapat menyebabkan pendarahan internal, nyeri panggul dan perut, syok, bahkan bisa berujung kematian. Tanda bahaya pada kehamilan ektopik yakni apabila terdapat gejala pucat, lemas, dan nyeri perut berat yang muncul secara mendadak. Gejala-gejala ini menandakan adanya robekan tuba falopi akibat kehamilan di luar kandungan. Robekan pada tuba falopi atau rahim dapat menyebabkan perdarahan hebat di dalam rongga panggul. Oleh karena itu, pasien harus segera mendapat penanganan darurat.
- Memengaruhi kesuburan dan peluang kehamilan berikutnya.
Hamil di luar kandungan dapat berimbas pada kesuburan dan mungkin menurunkan peluang kehamilan. Setidaknya, jika tuba falopi lainnya masih dalam kondisi baik, Anda memiliki peluang hamil kira-kira 60%. Ada beberapa faktor terkait kehamilan ektopik yang dapat memengaruhi kesuburan Anda, antara lain kondisi kesehatan tuba falopi Anda yang lain pasca kehamilan ektopik, tingkat kerusakan pada tuba falopi Anda setelah hamil di luar kandungan, serta riwayat infertilitas
- Kehamilan ektopik berulang.Tak hanya berpengaruh pada kesuburan, namun juga meningkatkan risiko kehamilan ektopik kembali. Pada kehamilan ektopik, janin tumbuh di tuba falopi yang dapat merusak jaringan tuba di sekitarnya. Hal ini memungkinkan sel telur kembali tersangkut di tuba falopi pada kehamilan selanjutnya.
- Masalah emosional.
Mengalami hamil di luar kandungan memang hal yang menakutkan sekaligus menyedihkan, karena harus merelakan janin calon buah hati Anda. Sebagian wanita juga menjadi lelah, stres, dan depresi karena pengobatan, hingga khawatir tentang efeknya terhadap kesuburan dan peluang kehamilan berikutnya. Namun jangan khawatir, lebih dari separuh wanita di dunia ini yang pernah mengalami kehamilan ektopik tetap dapat hamil kembali dengan kehamilan yang sehat.
Anda hanya perlu lebih cermat lagi dalam mewaspadai penyebab serta gejala kehamilan ektopik agar dapat menentukan langkah lebih lanjut melalui pemeriksaan dan penanganan yang tepat untuk kondisi ini. Jika Anda merasa memiliki risiko mengalami kehamilan ektopik, segeralah berkonsultasi ke dokter spesialis kandungan untuk penanganannya, sebelum atau pun setelah Anda hamil.
Setiap wanita yang pernah mengalami hamil di luar kandungan harus melakukan evaluasi sejak dini pada kehamilan berikutnya untuk memastikan bahwa kehamilan ada di dalam rahim, dan bukan ektopik (di luar rahim). Dan segera temui dokter jika menemui gejala-gejala kehamilan ektopik dini seperti perdarahan ringan di vagina, nyeri panggul saat hamil, lemas, pucat, dan muncul nyeri perut berat yang mendadak.
Terakhir diperbarui: 15 Desember 2017
Ditinjau oleh: dr. Kevin Adrian
Sumber: https://www.alodokter.com