Hamil Anggur

0
1427

Hamil anggur atau yang dalam dunia kedokteran dikenal sebagai mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar. Di dalam rahim tidak ditemukan janin, melainkan jaringan berbentuk gelembung-gelembung seperti buah anggur yang berisi cairan.

Hamil anggur sering pula disebut mola komplit (complete mole). Sedangkan apabila disertai janin atau bagian dari janin disebut mola parsialis (partial mole). Bila ada mola disertai janin, kejadiannya ada dua kemungkinan. Pertama, kehamilan kembar, satu janin tumbuh normal dan hasil konsepsi atau pembuahan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Kedua, hamil tunggal yang berupa mola parsialis.

Menurut dr. km. alit widnyana dalam tulisannya, pada permulaannya, gejala hamil anggur tidak seberapa berbeda dengan kehamilan biasa, yaitu adanya aktivitas atau tanda-tanda enek, muntah, pusing, dan lain-lain pada ibu. Hanya saja, dalam kasus hamil anggur ini derajat keluhannya sering lebih hebat.

Selanjutnya, perkembangan lebih pesat, rahim terlalu cepat membesar tidak sesuai dengan umur kehamilan. Perdarahan merupakan gejala utama mola, seperti penderita dengan abortus immineans (keguguran). Biasanya, gejala inilah yang menyebabkan penderita datang ke rumah sakit. Sifat perdarahan bisa intermitte, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena perdarahan ini, maka umumnya pasien mola masuk ke dalam keadaan anemia atau kurang darah.

Gejala ini sering pula disertai dengan gejala menyerupai preeklampsia seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan dan lain-lain.

Lantas, bagaimana memastikan seseorang sedang hamil anggur atau tidak? Adanya hamil anggur harus dicurigai bila ada wanita usia subur dengan amenore (terlambat haid), perdarahan pervaginam, uterus/rahim yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti. Artinya, dari pemeriksaan melalui perabaan tidak ditemukan adanya janin atau bagian tubuh janin dan detak jantung janin pun tidak terdengar.

Untuk memastikan hamil anggur atau tidak, gejala-gejala tersebut harus didukung dengan pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan terhadap kadar hormon (HCG/Humas Chorionic Gonadotropin) dalam darah dan urin, dimana akan terdapat peninggian kadar hormon tersebut. Bila belum jelas, dapat dilakukan pemeriksaan foto abdomen, biopsi transplasental dan pemeriksaan dengan sonde uterus yang diputar (perasat Hanifa Wikjnjosastro atau Acosta Sisson).

Di samping itu, bisa juga dengan cara melakukan pemeriksaan USG (ultrasonografi), dimana kasus ini menunjukkan gambar berupa badai salju (snow flake pattern) atau sarang tawon tanpa disertai adanya janin.

Diagnosis yang paling tepat adalah bila dilihat gelembung mola-nya, baik melalui ekspulsi spontan maupun biopsi pasca perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson. Akan lebih tepat bila dapat mendiagnosis sebelum gelembung mola keluar. Karena, bila ditunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien menurun. (PEREMPUAN.COM)

http://www.balita-anda.indoglobal.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here