Latar Belakang
Diperbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Banten, tepatnya di kampung Babakan, Desa / Kec Jasinga Kabupaten Bogor, pada tanggal 15 November 1963 lalu lahirlah seorang anak dari pasangan (alm) Bapak Sahabi dan (alm) Ibu Hadjijah seorang anak yang diberi nama ANDA (nama kecil) yang bersaudarakan tujuh orang.
Pada tahun 1971 Anda masuk Sekolah Dasar di SD Negeri Jasinga dan tamat pada tahun 1977 dan pada tahun itu pula Ibunda tercinta dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa. Juanda melanjutkan pendidikannya ke Kota Bogor tepatnya di SMP PGRI III Bogor hingga lulus pada tahun 1982, Pada waktu itu Juanda bimbang antara melanjutkan sekolah atau masuk Pondok Pesantren di Jombang, Jawa Timur, karena Juanda bercita-cita menjadi Kyai. Namun karena ada beberapa pertimbangan dari pihak keluarga, Juanda memutuskan untuk sekolah ke SNAKMA ( Sekolah Peternakan Menengah Atas ) di Bogor. Pada tahun 1983 bapak tercintanya dipanggil yang maha kuasa. Sebelum neninggal (alm) Bapak Sahabi berpesan kepada kakak Juanda yang selama ini diikutinya di Bogor. Pesan tersebut adalah, kalau memang sanggup untuk membiayai sekolah Juanda silakan untuk di teruskan, {mosimage}namun kalau tidak sanggup anda tak usah sekolah lagi. Didorong dengan rasa tanggung jawab inilah kakaknya bertekad untuk tetap membiayai semua kebutuhan sekolahnya.
Pada tahun 1984 Juanda Lulus SNAKMA dan mencoba untuk mulai bekerja sekitar dua setengah tahun Juanda bekerja di salah satu BUMN di Pekan Baru, Riau. Juanda melanjutkan lagi pendidikanya sesuai dengan bidangnya yaitu di peternakan ke Akademi Brahma Putra, Jogyakarta hingga lulus pada tahun 1989 dengan jenjang D3.
Setelah itu Juanda bekerja sbagai honorer di Dinas Peternakan Bogor Dan pada Tahun 1993 Juanda resmi di angkat menjadi pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Peternakan dan Perikanan, Kabupaten Bogor.
Setahun bekerja di Dinas Peternakan, Juanda melanjutkan sekolah Program ekstensi di UNBAR ( Universitas Bandung Raya, Bandung ) mengambil fakultas Pertanian, Jurusan Peternakan.
Perjalanan Hidup
Setelah menapaki jalur hidup yang pasti sebagai Pegawai Negeri di lingkungan Dinas Peternakan dan Perikanan kabupaten Bogor, Ir Juanda memulai hidup berumah tangga pada tahun 1990, dengan menyunting pujaan hatinya Nugrahani, gadis asal Tasikmalaya, Sarjana Matematika, Guru di sebuah SMP di Bekasi.
Pada tahun 1992, isterinya hamil, “alhamdulillah, saya bahagia sekali. Kami jaga dan kami rawat kandungan itu dengan baik, serta memeriksakannya secara teratur ke dokter ahli kandungan . Namum, memasuki bulan ke tujuh, beberapa hari menjelang acara “tujuh bulanan” sebagaimana tradisi masyarakat sunda, tiba-tiba bayi dalam kandungan Nugrahani tidak bergerak sama sekali. “lalu saya dekatkan telinga ke kandungan isteri saya, sebagaimana kebiasaan saya hari-hari lalu, karena senangnya. Tidak saya rasakan sedikitpun getaran. Mungkin dia sedang tidur, kata saya waktu itu menghibur diri, tutur Juanda.
Keesokan harinya tidak bergerak juga. Buru-buru Juanda membawa isterinya ke Dokter Kandungan. Oleh Dokter, dinyatakan bayinya telah meninggal. Penasaran dengan jawaban itu, langsung dilakukan USG, dilayar monitor terlihat, tidak ada tanda kehidupan atas janin yang sudah berbentuk manusia tersebut dan dinyatakan sudah meninggal. “saya sedih dan kami pun menangis saat itu,” kata Juanda.
Isteri saya trauma. Dia tidak mau kembali ke Bekasi. Akhirnya “alhamdulillah, dia bisa pindah mengajar ke SMP Negeri 8 Bogor”. Di kota hujan inilah kemudian, juanda dan isterinya mencari Dokter ahli kandungan yang cukup terkenal, yakni Dokter Ben
Sebutan popular untuk dokter tersebut. Oleh Dokter Ben, diadakan pemeriksaan laboratorium. Hasilnya nya Nugrahani dinyatakan positif terkena penyakit Toxoplasmosis yang lebih popular di sebut orang Toxoplasma. Yakni Parasit Darah atau Protozoa yang ditularkan oleh hewan, utamanya kucing, lewat makanan atau media lainnya. Parasit ini kemudian hidup dalam darah manusia yang selanjutnya berkembang biak di otot-otot tubuh dan menyerang kandungan seorang ibu hamil.
Oleh dokter ben, ahli kandungan yang tergolong senior di kota Bogor, Ny Nugrahani diobati dan baru boleh hamil setahun kemudian.
“alhamdulillah, isteri saya hamil lagi untuk kedua kalinya dan di bantu dengan obat anti Toxoplasma.” Namun, memasuki bulan ketiga, kandungan tersebut gugur tanpa sebab yang jelas. Dan pada waktu hampir bersamaan Dokter Ben meninggal dunia.
Tidak putus asa hingga di situ, kami pun mencari dokter ahli yang lain, yakni dokter Hidayat Danu. Dokter Hidayat melanjutakn pengobatan Toxoplama Ny Nugrahani hingga setahun,pengobatan diberikan bak oleh Dokter Ben maupun Dokter Hidayat Danu yaitu sejenis anti biotik yakni : isoprinocine, Valtrex, Rephomicine, Spiradan dan beberapa macam vitamin. setelah stahun kemudian kami baru diperbolehkan hamil. Namun, usia kandungan dua bulan, gugur lagi. Lalu, dokter Hidayat memberi surat rujukan ke Makmal terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Jakarta.
“kami di obati secara intesif. Tidak hanya isteri, tetapi juga saya.” Di sini diketahui, kalau IgG (inveksi Toxoplasma lama) Ny Nugrahani sudah tergolong sangat tinggi, yakni menunjukan angka 1:3200 Ui/ml- IgM Negatif, sedangkan CMV IgG 1:1600 IgM Negatif Ui/ml Rubella IgG positif IgM Negatif dan Herpespun IgG positif IgM Negatif “jangankan angka segitu. Angka 1:200 IU/ml saja seorang ibu sangat sulit bisa mempertahankan kehamilannya,”. Nyali saya pun semakin ciut, ketika salah seorang Dokter di sana mengatakan, bahwa obat Toxoplasma yang benar-benar efektif, belum ada hingga saat ini. Bahkan Dokter tersebut mengatakan, bahwa kondisi Ny Nugrahani tidak akan berubah sampai lima atau sepuluh tahun yang akan datang dikarenakan penyakit TORCH sampai saat ini belum ada obat yang efektif.
“saya benar-benar sedih. Rasanya, harapan untuk punya anak sudah tidak ada.”
Lalu kami kembali lagi berobat ke Dokter Hidayat Danu dan disarankan untuk hamil kembali, pada kehamilan usia empat bulan dokter yang menangani kami yaitu dokter hidayat danu pun meninggal. Lalu, kami lanjutkan pengobatan ke Dokter Hidayat Wira. Memasuki bulan kelima, kala itu pertengahan 1993, isteri saya dikuretasi pada bulan kelima karena hamil anggur. Kami benar-benar putus asa, kecewa dan berbagai perasaan sedih menyatu,”. Berlatar belakang penderitaan yang di alami oleh kami selama kurang lebih 5 tahun terinfeksi TORCH penyakit yang disebabkan oleh Parasit Darah dan Virus yang disebut dengan Toxoplasmosis, CMV, Rubella dan Herpes. Akhirnya istri tercinta yang bernama Nugrahani mengalami keguguran sebanyak empat kali, pertama meninggal dalam kandungan pada usia tujuh bulan, kedua kandungan dalam usia 3 bulan, ketiga dalam usia 2 bulan dan yang keempat dalam usia 5 bulan kandungan di kuretasi karena hamil anggur.
{mosimage}Keyakinan pak juanda semakin mantap ketika diberitahu oleh salah seorang Professor dari salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta, yang menangani pengobatan medis isteri tercintanya yang selama hampir lima tahun, telah merasa gagal mengobati penyakit yang di deritanya. Akhirnya Professor tersebut secara terus terang mengatakan bahwa
hingga saat ini penyakit yang disebabkan oleh virus dan parasit darah yang sering disebut dengan penyakit Toxoplasmosis, Rubella, CMV u0026amp; Herpes belum ada Obatnya !
Upaya Pengobatan secara Medis dilakukannya dengan mendatangi berbagai Dokter yang ahli mengobati penyakit TORCH tersebut. Biaya yang dikeluarkan juga tidak terhitung jumlahnya, bahkan yang menjadikannya penderitaannya bertambah setelah Dokter angkat tangan tidak bisa mengobati penyakit yang diderita sang isteri .
“Tidak ada jalan lain kecuali harus dikembalikan kepada kekuasaan ALLAH SWT, Tuhan yang mendatangkan penyakit, Tuhan pula yang sanggup mengobatinya,”
sejak saat itu, Kami tidak pernah ke Dokter spesialis lagi menurut kami hanya membuang biaya, waktu tenaga dan pikiran saja. “saya lebih banyak merenung diri bertafakur kepada Allah, memohon ampunan dan berdoa agar keinginan kami untuk punya anak tetap terkabul,.”
Akhirnya Allah SWT mengkabulkan keinginan kami dengan diberikan pengetahuan cara dan metode dalam mengobati TORCH dengan menggunakan bahan Herbal yang aman untuk di konsumsi oleh manusia dan bebas dari bahan kimia berdasarkan hasil riset dari Farmakhologi Universitas Indonesia.
Istri kamipun secara rutin di berikan formula Herbal yang kami buat tiap pagi 120 ml selama 3 bulan. Hasilnya Tiga Bulan kemudian, setelah di lakukan tes laboratorium. Kadar virus Toxoplasma, CMV, Rubella dan Herpes dalam tubuh Ny Nugrahani langsung Negatif!. (Dari Toxo IgG 1:3200 IU/ml u0026amp; CMV IgG 1:1600 menjadi Negatif!).“Saya sangat terharu dan seperti tidak percaya akan hasil tes lab tersebut,”.
{mosimage}Sejak saat itu kami mulai lagi memprogramkan kehamilan, Alhamdullilah istri saya hamil normal tanpa gangguan, hingga melahirkan anak pertama, Amelia Andani (13 Desember 1995). Disusul anak Kedua, Kurniasari Andini (15 Agustus 1997) dan si bungsu Noviasari Liani (16 November 1999). Ketiganya lahir normal.